Lucky Theory To Reach Your Success

by SuccessForUs | 7:26 PM in |

By: Adisetiawan, Budi

Sering kali dalam kehidupan kita muncul istilah beruntung atau tidak beruntung. Kita pasti mengenal tokoh si Untung di komik Donal Bebek. Berlawanan dengan Donal yang selalu sial. Si Untung ini dikisahkan untung terus, ada saja keberuntungan yang selalu menghampiri tokoh bebek di Amerika bernama asli Gladstone ini.

betapa enaknya hidup si Untung, pemalas, tidak pernah bekerja, tapi selalu lebih untung dari Donal, jika Untung dan Donal berjalan bersama, yang tiba-tiba menemukan sekeping uang dijalan, pastilah si Untung, jika anda ingin selalu beruntung seperti si Untung, Don’t Worry, ternyata beruntung itu ada ilmunya. Professor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire inggris, mencoba meneliti hal-hal yang membedakan orang-orang beruntung dengan yang sial. Wiseman merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu beruntung, dan sekelompok lain yang hidupnya selalu sial. Memang terkesan main-main, bagaimana mungkin keberuntungan diteliti. Namun ternyata memang orang yang beruntung bertindak berbeda dengan mereka yang sial.

Misalnya, dalam salah satu penelitian the Luck Project ini, Wiseman memberikan tugas untuk menghitung berapa jumlah foto dalam koran yang dibagikan kepada kedua kelompok tadi. Orang-orang dari kelompok sial memerlukan waktu rata-rata 2 menit untuk menyelesaikan tugas ini. sementara mereka dari kelompok si Untung hanya perlu beberapa detik saja! Lho koq bisa gitu? Ya, karena sebelumnya pada halaman ke dua Wiseman telah meletakan tulisan yang tidak kecil berbunyi ”berhentilah menghitung sekarang! Ada 43 gambar di koran ini”. kelompok sial melewatkan tulisan ini ketika asik menghitung gambar. Bahkan, lebih iseng lagi, di tengah-tengah koran, Wiseman menaruh pesan lagi yang bunyinya”berhentilah menghitung sekarang dan bilang ke peneliti anda menemukan ini, dan menangkan $250!” lagi-lagi kelompok sial melewatkan pesan tadi! Memang benar-benar sial. Singkatnya dari penelitian yang diklaimnya ”scientific” ini, Wiseman menemukan 4 faktor yang membedakan mereka yang beruntung dari yang sial.

1. Sikap terhadap peluang Orang beruntung ternyata memang lebih terbuaka terhadap peluang. Mereka lebih peka terhadap adanya peluang, pandai menciptakan peluang dan bertindak ketika peluang datang. Bagaimana hal ini dimungkinkan? Ternyata orang-orang yang beruntung memiliki sikap yang lebih rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal, dan menciptakanjaringan-jaringan sosial baru. Orang sial lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan-kemungkinan baru. Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko permata di New York hendak menjual toko permatanya, tanpa disengaja sewaktu berjalan di depan Plaza Hotel, dia mendengar seorang wanita memanggil pria disebelahnya: ”Mr. Buffet!” hanya kejadian sekilas yang memungkinkan dilewatkan kebanyakan orang yang kurang beruntung. Tapi Helzberg berpikir lain, ia berpikir jika orang yang disebelahnya ternyata adalah Waren Buffet, salah seorang investor terbesar di Amerika, maka dia berpeluang menawarkan jaringan permatanya. Maka Helzberg segera menyapa pria disebelahnya, dan betul ternyata dia adalah Waren Buffet. Perkenalan pun terjadi dan Helzberg yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal Waren Buffet, berhasil menawarkan bisnisnya secara langsung kepada Buffet, face to face. Setahun kemudian Buffet setuju membeli jaringan toko permata milik Helzberg. Betul-betul beruntung.

2. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan. Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika. Keputusan-keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung ternyata sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan ”hati nurani” (intuisi) daripada hasil otak-atik angka yang canggih. Angka-angka akan sangat membantu, tapi final decision pada umumnya dari ”good feeling”. Yang barangkali sulit kita dengar jika otak kita pusing dengan penalaran yang tak berkesudahan. Makanya orang beruntung umumnya memiliki metoda untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang teratur. Pada kondisi mental yang tenang dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Makin sering digunakan, intuisi kita juga semakin tajam. Banyak teman saya yang bertanya, ”mendengarkan intuisi” itu bagaimana? Apakah tiba-tiba ada suara yang terdengar menyuruh kita melakukan sesuatu? Wah, kalau pengalaman saya tidak seperti itu. Malah kalau tiba-tiba mendengar suara yang tidak ketahuan sumbernya, bisa-bisa saya jatuh pingsan. Karena ini subjektif, mungkin saja ada orang yang beneran denger suara. Tapi kalau pengalaman saya, sesungguhnya intuisi itu sering muncul dalam berbagai bentuk, misalnya : - isyarat dari badan. Anda pasti sering mengalami. ”Gue kok tiba-tiba deg-degan ya, mau dapat rejeki kali”, semacam itu. Badan kita sesungguhnya sering memberi isyarat-isyarat tertentu yang harus anda maknakan. Misalnya anda kok tiba-tiba meriang kalau mau dapet deal gede, ya diwaspadai saja kalau tiba-tiba meriang lagi. - Isyarat dari perasaan. Tiba-tiba saja anda merasakan sesuatu yang lain ketika sedang melihat atau melakukan sesuatu. Ini yang pernah saya alami. Contohnya, waktu saya masih kuliah, saya suka merasa tiba-tiba excited setiap kali melintasi kantor perusahaan tertentu. Beberapa tahun kemudian saya ternyata bekerja dikantor tersebut. Ini masih terjadi untuk beberapa hal lain. - Isyarat dari luar. ”Follow the omen” demikian kalau kata Paulo Coelhodi buku the Alchemist. Baca ”isyarat-isyarat” dari luar yang datang saja tiba-tiba di TV saya kok merasa sering melihat iklan suatu perusahaan tertentu, kemudian ketemu teman kok membicarakan perusahaan itu lagi, di jalan melihat iklan perusahaan tadi. Belakangan perusahaan tadi ternyata menjadi klien saya. Jadi kalau akhir-akhir ini anda sering berpapasan dengan Mercedez S Class dua pintu, barangkali itu suatu pertanda.

3. Selalu berharap kebaikan akan datang Orang yang beruntung ternyata selalu GE-ER terhadap kehidupan. Selalu berprasangka baik bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental yang demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang menimpa mereka, dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain. Coba saja anda lakukan tes sendiri secara sederhana, tanya orang sukses yang anda kenal, bagaimana prospek bisnis kedepan. Pasti mereka akan menceritakan optimisme dan harapan.

4. Mengubah hal yang buruk menjadi baik Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Dalam satu tes nya Prof Wiseman meminta peserta untuk membayangkan sedang pergi ke Bank dan tiba-tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata. Dan peserta diminta mengutarakan reaksi mereka. Reaksi orang dari kelompok sial umumnya adalah: ”wah sial bener ada ditengah-tengah perampokan begitu”. Sementara reaksi orang beruntung misalnya adalh: ”untung saya ada disana, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media dan dapet duit”. Apapun situasinya orang yang beruntung pokoknya untung terus. Mereka dengan cepat mampu beradaptasi dengan situasi buruk dan merubahnya menjadi keberuntungan.

Sekolah keberuntungan Ada baiknya mengintip sedikit, latihan-latihan apa saja yang diberikan Luck School. Salah satu yang menonjol dari orang sial adalah betapa mereka sering mengabaikan hal-hal yang positif disekitar mereka. Misalnya salah satu pasien Prof Wiseman, adalah seorang wanita singel parent, yang sangat sial. Ketika diminta menceritakan hidupnya akan segera nyerocos menceritakan setiap detil kesialannya. Betapa sulitnya memperoleh pasangan, sudah bertemu pria yang cocok tapi si pria jatuh dari motor, dilain kesempatan si pria jatuh dan patah hidungnya, sudah hampir menikah, gerejanya terbakar, dan sebagainya. Pokoknya benar-benar sial. Padahal setiap interview, si wanita tersebut datang membawa 2 orang anaknya yang sangat lucu dan sehat. Sebagian besar dari kita akan merasa sangat beruntung memeiliki 2 anak tadi. Tapi tidak bagi si wanita sial tadi. Karena 2 anak lucu tadi tidak ada dalam pikiran si wanita, yang otaknya sudah penuh dengan ”kesialan”. Latihan yang diberikan Wiseman untuk orang-orang semacam itu adalah dengan membuat ”Lucky Diary”, buku harian keberuntungan. Setiap hari, wanita tadi harus mencatat hal-hal positif atau keberuntungan yang terjadi. Mereka dilarang keras menuliskan kesialan mereka. Awalnya mungkin sulit, tapi begitu mereka menuliskan satu keberuntungan, besok-besoknya akan semakin mudah dan semakin banyak keberuntungan yang mereka tuliskan. Dan ketika mereka melihat beberapa hari kebelakang Lucky Diary mereka, semakin mereka akan sadari betapa mereka beruntung. Dan sesuai dengan prinsip ”Law Of Attraction”, semakin mereka memikirkan betapa mereka beruntung, maka semakin banyak lagi Lucky Event yang datang menghampiri keseharian hidup mereka.

Original Source: Unknown

0 comments:

Followers

About me